BAB
I
PENDAHULUAN
Kerajaan
Mughal berdiri seperempat Abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi, jadi,
diantara ke tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda.[1] Kerajaan
Mughal merupakan salah satu warisan peradaban Islam di India. Keberadaan
kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak
benua India yang nyaris tenggelam. Sebagaimana diketahui, India adalah suatu
wilayah tempat tumbuh dan berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya
Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris
tenggelam, kembali muncul.
Di kalangan masyarakat
Arab, India dikenali sebagai Sind atau Hind. Sebelum kedatangan Islam, India
telah mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. Pada saat Islam
hadir, hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan. Akhirnya
India pun perlahan-lahan bersentuhan dengan agama Islam. India yang sebelumnya
berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan peradaban yang dipengaruhi
Islam. Oleh sebab itu menjadi penting untuk menulis secara ringkas eksistensi
Kerajaan Mughal di India yang identik dengan Hindu.
Makalah
ini selain menggambarkan secara ringkas bagian-bagian penting tentang
asal-usul, tumbuh, berkembang serta mundurnya peradaban yang dibina Kerajaan
Mughal, juga mengulas faktor-faktor yang mendorong timbul hingga tenggelamnya
kerajaan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengambil pelajaran, bagaimana
membalikkan (reverse) gelombang peradaban di anak benua India tersebut.
Mengenai hal ini Ibnu Khaldun berkata, "reversi tersebut tidak akan dapat
tergambarkan tanpa menggambarkan pelajaran-pelajaran dari sejarah terlebih
dahulu untuk menentukan faktor-faktor yang membawa sebuah peradaban besar
melemah dan menurun drastis.
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH PERADABAN ISLAM
KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
A.
ASAL-USUL
KERAJAAN MUGHAL
1. Sejarah
Munculnya Kerajaan Mughal
Kerajaan
Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak
perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan
pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.
Agama Islam
masuk ke India diperkirakan abad ke-7 M. melalui perdagangan. Dalam keterangan
sejarah tahun 871 telah ada oran Arab yang menetap disana (India). Hal ini
menunjukkan suatu indikasi bahwa sebelum kerajaan Mughal berdiri, masyarakat
India sudah mengenal Islam. Realita ini dapat dilihat di kota Delhi adanya
sebuah bangunan masjid yang dibangun oleh Qutubuddin Aybak pada tahun1193 M.
Sedangkan kerajaan Mugal berdirinya pada tahun 1526. Jadi kerajaan Mugal ini
sebagai penerus Islam sebelumnya di India. Pada masa khullafaurrasyidin, memang
sudah ada niat penyebaran Islam ke India, hal ini diketahui pada masa khalifah
Umar bin Khatab dan Usman sudah pernah mengirim ekspedisi ke sana, tetapi
rencana ini gagal karena mendengar rawannyan daerah India. Kemudian pada masa
Ali bin Abi Thalib juga pernah mengirim suatu ekspedisi di bawah pimpinan
Al-Harits bin Murah Al-Abdi untuk menyerbu India dan berhasil menaklukkanya,
malangnya sang pemimpin terbunuh pada tahun 42 H disuatu daerah Al-Daidin yang
terletak antara Sind dan Khurasan.[2]
India menjadi
wilayah Islam pada masa Umayyah yakni pada masa Khalifah al-Walid. Penaklukan
wilayah ini dilakukan oleh pasukan Umayyah yang dipimpin oleh panglima Muhammad
Ibn Qasim. Kemudian pasukan Ghaznawiyah di bawah pimpinan Sultan Mahmud
mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dengan berhasil menaklukkan
seluruh kekuasaan Hindu dan mengadakan pengislaman sebagian masyarakat India
pada tahun 1020 M. setelah Ghaznawi hancur, muncullah beberapa dinasti kecil
yang menguasai negeri India sperti dinasti Khalji (1296-1316 M), dinasti Tuglag
(1320-1412 M), dinasti Sayyid (1414-1451 M), dinasti Lodi (1451-1526).[3]
Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang keturunan Timur Lenk.
Ayahnya bernama Umar Mirza adalah penguasa Farghana, sedang ibunya keturunan
Jengis Khan. Sepeninggal ayahnya, Babur yang berusia 11 tahun mewarisi tahta
kekuasaan wilayah Farghana. Ia bercita-cita menguasai Samarkand yang merupakan
kota terpenting di Asia Tengah pada saat itu. Pertama kali ia mengalami
kekalahan untuk mewujudkan cita-citanya. Kemudian berkat bantuan Ismail I, raja
Safawi, sehingga pada tahun 1494 Babur berhasil menaklukkan kota Samarkand dan
pada tahun 1504 menaklukkan Kabul, ibukota Afganistan. Dari Kabul,
Babur
melanjutkan ekspansi ke India yang saat itu diperintah oleh Ibrahim Lodi.
Ketika itu pemerintahan dinasti Lodi sedang mengalami krisis dan mulai melemah
pertahanannya sehingga Babur dengan mudah berhasil mengalahkannya. Dalam upaya
menguasai wilayah India, Babur berhasil menaklukkan Punjab tahun 1525. Kemudian
pada tahun 1526 dalam pertempuran di Panipat, Babur memperoleh kemenangan
sehingga pasukannya memasuki kota Delhi untuk menegakkan pemerintahan di kota
ini. Dengan ditegakkannya pemerintahan Babur di kota Delhi, maka berdirilah
kerajaan Mughal di India pada tahun 1526. Sudah tentu pihak musuh terutama dari
kalangan Hindu yang tidak menyetujui berdirinya kerajaan Mughal segera menysun
kekuatan gabungan. Namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu
pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang
pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat
Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529. Setahun kemudian
Babur meninggal dunia.
Sepeninggalan
Babur, tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh Humayun yang ternyata tetap saja
menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur
Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Tahun 1450
Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan
dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia. Di pengasingan ini ia menyusun
kekuatannya. Ketika itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyyah yang bernama
Tahmasp. Setelah 15 tahun menyusun kekuatan dalam pengasingan di Persia,
Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di delhi pada tahun 1555.
Ia mengalahkan kekuasaan Khan Syah. Setahun kemudian ia meninggal dunia.
2.
Raja-raja Mughal
Selama
masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja.
Raja-raja yang sempat memerintah adalah Zahiruddin Babur (1526-1530), Humayun
(1530-1556), Akbar (1556-1605), Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658),
Aurangzeb (1658-1707), Bahadur Syah (1707-1712), Jehandar (1712-1713),
Fahrukhsiyar (1713-1719), Muhammad Syah (1719-1748), Ahmad Syah (1748-1754),
Alamghir II (1754-1760), Syah Alam (1760¬-1806), Akbar II (1806-1837 M), dan
Bahadur Syah (1837-1858).[4]
Zahiruddin
Babur (1526-1530) adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa
kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal
kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya
dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang
Hindu ini segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan
mereka dalam suatu pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit
kembali menentang pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada
pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529.
Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.
Sepeninggal
Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bemama Humayun.
Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M).
Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode
I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun
masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan
Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada
tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh
Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.
Di
pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh
penguasa Safawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun
kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali
kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan kekuatan Khan Syah.
Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556 Humayun meninggal. Ia digantikan oleh
putranya Akbar.
Akbar
(1556-1605) pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai
sebuah dinasti Islam yang besar di India.
Ketika
menerima tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh
urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi'ah.
Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa
keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang
paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu
yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota
Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah
peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat
dikalahkan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan
Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setelah
Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai
pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi'ah. Bairam
Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M.
Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun
program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar,
Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh,
Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam
suatu pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar.[5] Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Menurut Abu Su'ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar.[5] Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Menurut Abu Su'ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
Kepemimpinan
Akbar dilanjutkan oleh Jihangir (1605-1627) yang didukung oleh kekuatan militer
yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan,
sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya,
Jehangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra.
Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas
kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
Syah
Jihan (1628-1658) tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai
tumbih pada pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik
toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan.
Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya
memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh
Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir
Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan.
Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun
dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.
Pada
masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping
mengganggu keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak
untuk dibaptis masuk agama Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir
para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan
meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya
terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar
Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
Aurangzeb
(1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas
Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam.
Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal
sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha
mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik
keagamaan Akbar.
Raja-raja
pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu
mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb
mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
Bahadur
Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan
antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut
dan sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan
meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan
ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri. Dalam
pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang.
Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal
terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya
kemudian meng¬angkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir
oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa
lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah
kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. akibatnya
pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya
terhadap pemerintahan pusat.
Pada
masa pemerintahan Syah Alam (1760¬-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan
yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini,
berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasa¬an Afghan. Syah Alam tetap diizinkan
berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan. Akbar II (1806-1837 M)
pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk mengembang¬kan
perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan
syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan
keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India.
Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi
perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik
antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan
Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
B.
KEMAJUAN YANG
DICAPAI KERAJAAN MUGHAL.
1. Bidang
Politik dan Administrasi Pemerintahan.
a)
Perluasan
wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa
pemerintahan Aurangzeb.
b)
Pemerintahan
daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik
dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangkatan yang bereorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan
mengikuti latihan kemiliteran
c)
Akbar menerapkan
politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India
dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh
penguasa Islam.
d)
Pada Masa Akbar
terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang
dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari
pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di
samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai pemimpin jihad.
e)
Para pejabat
dipindahkan dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan mereka
mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah
sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan
demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik
pejabat, kecuali hanya hak pakai.
f) Wilayah
imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh
seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan
pengumpulan pajak dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.
2. Bidang
Ekonomi
a)
Terbentuknya
sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
b)
Adanya
sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan
melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat
lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya
dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan
penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak
pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat
terhadapnya..
c)
Sistem
pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium
ini. Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran
tertentu dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai.
Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam
sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada
jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai
peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal
dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang
melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang
mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
d)
Perdagangan
dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar konsesi
perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) -Perusahaan
Inggris-India Timur- untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun
1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera,
sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam
jumlah yang besar.
3.
Bidang Agama.
a.
Pada masa Akbar,
perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik,
di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama,
yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai
lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya,
Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu
merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi
tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan symbol-symbol
agama yang di kedepankan. Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar
di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi
dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya menyimpulkan, "Din-i-llahi
itu meru¬pakan Pancasilanya bangsa Indonesia.
b.
Perbedaan kasta
di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah
Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama
dari kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu
yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa
Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu
percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam
India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
c.
Berkembangnya
aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah
penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi'ah untuk
mengembangkan pengaruhnya.
d.
Pada masa ini
juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab
hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali
individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'iah.
e. Pada
masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya
kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fattawa alamgiri. Kodifikasi ini menurut
hemat penulis ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari'at Islam yang nyaris
kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
4.
Bidang Seni dan
Budaya.
Bersamaan
dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya
seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang
berbahasa persia maupun yang berbahasa India. Penyair India yang terkenala
adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya
besar patmafat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa
manusia.[6]
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni
terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah
dan mengagumkan. Pada masa akbar dibangun istana Fapkur Sikri di Sikri, vila
dan masjid-masjid yang indah.[7]
Pada masa Syah Jehan dibangun masjid yang berlapiskan mutiara dan Tajmahal di
Agra, mejid raya Delhi dan istana indah dilghare. Dalam bidang karya seni dan
budya yang sudah dihsilkan kerajaan Mughal antara lain :
a)
Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat
yang mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang
penyair istana. Abu Fadhl menulis Akhbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi
sejarah Mughal dan pemimpinnya.
b)
Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang
arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya,
diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di
Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal,
terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam
Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam
Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat
empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid
Jami Atala (1405).
c)
taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran
yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.
Sebab-sebab
Kemajuan :
Kerajaan
Mughal tidak mencapai kejayaannya secara mudah. Bagaimanapun, umat Islam di
masa ini termasuk golongan minoritas di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan
Mughal tetap berhasil memperoleh kecemerlangan disebabkan factor-faktor sebagai
berikut :
a.
Kerajaan
Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik toleransi dinilai
dapat menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara Islam-Hindu,
Ataupun India-non India (Persia-Turki).
b.
Hingga
Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola
kepemimpinan raja dan program kesejahteraannya.
c.
Prajurit Mughal
dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki patriotisme yang tinggi. Hal
ini diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan para petualang yang suka perang
dari Persia di Asia Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.
d.
Sultan
yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para "Bangsawan
Mughal mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan atas
berkembangnya kegiataan ilmiah dan sastra".
Sisa-sisa kejayaan Dinasti Mughal dapat dilihat dari
bangunan-bangunan bersejarah yang masih bertahan hingga sekarang. Misalnya Taj
Mahal di Agra, makam megah yang dibangun pada masa Syah Jahan untuk mengenang
permaisurinya, Mumtaz Mahal, adalah saksi bisu kemajuan arsitektur Islam pada
masa dinasti ini. Bangunan indah yang termasuk “tujuh keajaiban dunia” ini
memang sudah usang, lusuh, dan tidak terawat. Namun, kemegahan dan keindahannya
menjadi bukti sejarah akan kokohnya peradaban Islam di India pada waktu itu.
Kehidupan seperti roda berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Demikian halnya
Dinasti Islam Mughal di India. Sebagaimana dinasti-dinasti Islam lainnya,
dinasti ini pun mengalami siklus: berdiri, berkembang, mencapai puncak,
mengalami kemunduran, lalu hancur. Itulah siklus peradaban seperti yang
dikemukakan Ibnu Khaldun, sejarawan Muslim terkemuka melalui teori Ashabiyah-nya.
Pemerintahan Kemaharajaan Mughal didirikan oleh
Zahirudin Babur pada 1526 M. Babur merupakan cucu Timur Lenk dari pihak ayah
dan cucu Jenghiz Khan dari pihak ibu. Kerajaan ini dimulai ketika dia
mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir pada pertempuran pertama
Panipat dengan bantuan Gubernur Lahore. Ia menguasai Punjab dan meneruskan ke
Delhi yang dijadikan ibukota kerajaan. Penguasa setelah Babur adalah putranya
sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556 M) di masa ini kondisi kerajaan tidak
stabil, karna banyak perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada 1540 terjadi
pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan dari Qanauj mengakibatkan Humayun
melarikan diri ke Persia. Atas bantuan Raja Persia (Safawiyah), Humayun kembali
merebut Delhi tahun 1555 M.
Puncak kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa
pemerintahan Putra Humayun, Akbar Khan (1556-1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar
adalah militeristik. Akbar berhasil memperluas wilayah sampai Kashmir dan
Gujarat. Pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer. Politik Akbar yang
sangat terkenal dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah Sulhul Kull atau
toleransi universal, yang memandang sama semua derajat. Akbar menciptakan Din
Ilahi, yang menjadikan semua agama menjadi satu demi stabilitas antara Hindu
dan Islam. Akbar mengawini putri pemuka Hindu dan melarang memakan daging sapi.
Penguasa keempat adalah Jahangir (1605-1628 M), putra Akbar. Jahangir adalah
penganut Ahlusunah wal jamaah, sehingga apa yang ayahnya ciptakan menjadi
hilang pengaruhnya. Dari itu muncul berbagai pemberontakan, terutama oleh
putranya sendiri, Kurram. Kurram berhasil menangkap ayahnya, tapi berkat
permaisuri kerajaan, permusuhan antara ayah dan anak ini bisa dipadamkan.
Setelah Jahangir meninggal, Kurram naik tahta setelah
mengalahkan saudaranya, Asaf Khan. Kurram bergelar Shah Jahan (1627-1658 M) .
Masa ini banyak terjadi pemberontakan, terutama dari kalangan keluarga
kerajaan. Aurangzeb, panglima dan juga putra ketiga Shah Jahan berhasil memadamkan
pemberontakan dari keturunan Lodi. Keberhasilan Aurangzeb membuat saudara
tertuanya, Dara, merasa iri dan menuduh ingin merebut tahta kerajaan. Namun
ketangguhan Aurangzeb berhasil mengalahkan saudaranya sekaligus menangkap
ayahnya, Shah Jahan. Hal ini pernah dilakukan sendiri oleh Shah Jahan terhadap
kakek Aurangzeb, Jahangir. Aurangzeb, (1658-1707 M) menggantikan ayahnya, Shah
Jahan. Kebijakan Aurangzeb sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh para
pendahulunya terutama buyutnya, Akbar Khan. Ia melarang berjudi, minuman keras,
upacara sati, serta membolehkan pengrusakan kuil-kuil Hindu. Kebijakan ini
menimbulkan banyak pemberontakan terutama dari kalangan Hindu. Namun karena
kekuatan pasukan Aurangzeb, semua pemberontakan dapat dipadamkan.
Kebesaran namanya sejajar dengan kebesaran nama
buyutnya, Akbar Khan. Meski pemberontakan bisa dipadamkan oleh Aurangzeb, namun
setelah kematian Aurangzeb, banyak propinsi yang memisahkan diri. Kerajaan ini
mulai mengalami kemunduran, meskipun tetap berkuasa selama 150 tahun
berikutnya. Penguasa setelahnya antara lain: Bahadur Syah (1707-1712 M),
Jhandar Syah 1713, Azim Syah 1713, Faruk Syiyar 1719, Muhammad Syah 1749, Ahmad
Syah 1754, Alamgir 1759, Syah Alam 1806, Akbar II dan raja terakhir Bahadur
Syah II 1858.
Peradaban Kemaharajaan Mughal Di bidang politik,
Sulhul Kull berhasil menyatukan rakyat Islam, Hindu, dan penganut lainnya. Di
bidang militer, pasukan Mughal dikenal dengan pasukan yang kuat. Terdiri dari
pasukan gajah, berkuda, dan meriam. Wilayahnya dibagi menjadi distrik-distrik
yang dikepalai oleh Sipah Salar. Di bidang ekonomi, memajukan pertanian.
Terdiri dari padi, kacang, tebu, kapas, tembakau, dan rempah-rempah. Pemerintah
membentuk sebuah lembaga yang mengurusi hasil pertanian serta hubungan dengan
para petani. Industri tenun juga banyak diekspor ke Eropa, Asia Tenggara dll.
Masa Jahangir, investor diizinkan menanamkan investasinya, seperti mendirikan
pabrik. Di bidang seni, Jahangir merupakan salah satu pelukis terhebat.
Kemaharajaan Mughal juga terkenal dengan ukiran dan marmer yang timbul dengan
kombinasi warna-warni. Diantara bangunan yang terkenal: benteng merah, makam
kerajaan, masjid Delhi, dan yang paling popular adalah Taj Mahal di Aghra.
Istana ini merupakan salah satu keajaiban dunia yang dibangun oleh Syah Jahan
untuk mengenang permaisurinya, Noor Mumtaz Mahal yang cantik jelita.
Taj Mahal - salah satu peninggalan Dinasti Mughal di
India
Di bidang sastra, banyak sastra dari bahasa Persia
diubah ke bahasa India. Bahasa Urdu yang berkembang di masa Akbar, menjadi
bahasa yang banyak dipakai oleh rakyat India dan Pakistan sampai sekarang. Di
bidang ilmu pengetahuan, Syah Jahan mendirikan perguruan tinggi di Delhi.
Aurangzeb mendirikan pusat pendidikan di Lucknow. Tiap masjid mempunyai lembaga
tingkat dasar yang dipimpin oleh seorang guru. Sejak berdiri banyak ilmuan yang
belajar di India. Pelajaran dari Kemaharajaan Mughal Salah satu
Ketidakharmonisan hubungan kekeluargaan, antara ayah dan anak, adik dan kakak
menjadi salah satu faktor lemahnya kemaharajaan Mughal dari dalam, hal ini
telah terjadi pada beberapa Dinasti Islam sebelumnya. Dalam penggalan sejarah
Dinasti Mughal, tampil dua penguasa paling berpengaruh: Akbar Khan dan Aurangzeb.
Meskipun keduanya memerintah dalam dekade yang berbeda, tetapi kebijakan Akbar
Khan dan Aurangzeb, khususnya berkaitan dengan pengembangan Islam di India,
memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Akbar mengembangkan pola Islam
sinkretis. Sebaliknya, Aurangzeb mengembangkan pola Islam puritan.
Dalam perspektif politik, langkah Akbar ini dianggap
sah, bahkan cerdas. Sebab, substansi politik adalah tercapainya tujuan,
meskipun pada saat bersamaan terdapat aspek-aspek tertentu yang terabaikan.
Orang boleh melakukan apa saja dalam konteks politik. Akbar telah memposisikan
Islam tidak lebih dari sekedar simbol formal tanpa makna. Karena itu, dia
dengan mudah meleburkan dan mencampuradukkan Islam dengan berbagai kepercayaan
lain. Dalam situasi ini, Islam kehilangan identitasnya. Ketinggian dan
keluhuran ajaran Islam juga tereduksi sedemikian rupa. Hal ini menyebabkan
ketegangan dengan para penganut Ahlusunah wal jamaah.
Lain dengan Akbar Khan, lain pula dengan Aurangzeb.
Wajah Islam di India pada masa Aurangzeb tampak lebih dominan. Dia berusaha
mengangkat kembali citra Islam yang tampak “redup” beberapa dasawarsa
sebelumnya. Ia giat mengembalikan kemurnian Islam. Usaha ini patut dihargai.
Sebab, dari sini terlihat kecintaan seorang Aurangzeb terhadap Islam. Namun,
perlu diingat, Islam adalah agama yang mensponsori perdamaian, tanpa paksaan,
dan tidak mentolelir berbagai tindak kekerasan terhadap pemeluk agama lain.
Memurnikan ajaran Islam dengan merusak tempat ibadah agama lain, bukanlah pesan
Islam.
Kebijakan Aurangzeb untuk menghancurkan kuil-kuil
Hindu, meletakkan arca di jalan-jalan agar selalu diinjak tampaknya menjadi
sebuah kekeliruan. Hal ini menyebabkan terjadinya pemberontakan hebat dari
kalangan Hindu. Pada 1739 M. Mughal dikalahkan oleh pasukan dari Persia
dipimpin oleh Nadir Shah. Pada 1756 M. pasukan Ahmad Shah merampok Delhi lagi.
Kerajaan Britania yang masuk ke India pada 1600 M. dan mulai melakukan
penaklukkan terhadap kerajaan Mughal pada 1757 M. serta membubarkannya tahun
1858 M. setelah mengalahkan pesaingnya, Perancis.
C.
KEMUNDURAN DAN
KERUNTUHAN KERAJAAN MUGHAL
Kerajaan
Mughal mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Akbar (1556-1605).
Generasi sesudah Akbar yaitu Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658),
Aurangzeb (1658-1707) masih dapat mempertahankan kemajuan tersebut. Namun
Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak
mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.
Tanda-tanda
kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana berikut ;
a. Internal;
Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya
kontrol pemerintahan pusat.
b.
Eksternal;
Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di
Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur,
dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
Dominasi
Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu EIC
mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan
istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan
cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama
Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kerajaan Mughal berdiri pada periode
pertengahan. Setelah masa pertengahan usai, muncul tiga kerajaan besar yang
dapat membangun kembali kemajuan umat Islam. Di antara kerajaan besar tersebut
adalah kerajaan Mughal. Ketiga kerajaan ini sudah dapat dikategorikan sebagai
negara adikuasa pada zaman itu. Karena kebesaran kerajaan tersebut sudah mampu
menguasai perekonomian, politik serta militer dan mampu mengembangkan
kebudayaan yang monumental.
2.
Era kemaha-rajaan Mughal berlangsung
dari tahun 1526 M (era dinasti Babur) sampai sekitar tahun 1707 M (dinasti
Awramzib). Demikian makmur dan kayanya para maha raja ini, bisa dikatakan bahwa
antara abad ke-16 sampai abad ke-17, India mengontrol sekitar seperempat
ekonomi global. Duta besar inggris pada tahun 1616 M, sir Tomas Sir Thomas Ru,
dalam siratnya menggambarkan kekayaan raja Jahangir (1569-1627 M) begitu
melimpahnya sampai-sampai ia menyebutnya sebagai “kekayaan dunia”.
3.
Kemunduran Kerajaan Mughal ditandai
dengan konflik di kalangan keluarga kerajaan, yang intinya adalah saling
berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak yang keras
dan ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga
memiliki sifat demikian. Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat
tentangan dari saudaranya, Khusraw yang juga ingin tampil sebagai penguasa
Mughal. Lalu saat Syah Jihan menggantikan Jehangir, giliran ibu tiri beliau
yang menentang karena ingin anaknya yaitu Khurram, menggantikan Jehangir.
Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-anak Syah Jihan di
antaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan Murad Bakhs saling berebut
kekuasaan hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan.
REFERENSI
ü Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2008 )
ü http://lppbi-fiba.blogspot.com
di akses tanggal, 25 Maret 2012
ü Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta : UI
Press,1985)
ü Http//kerajaan-mughal-di-india-asal-usul.html,
di akses tanggal, 25 Maret 2012
ü http://mustaqimzone.wordpress.com/2011/01/30/kerajaan-mughal-di-india/
[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban
Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta :
Rajawali Pers, 2008 ), hlm.145.
[2] http://lppbi-fiba.blogspot.com
di akses tanggal, 25 Maret 2012
[3] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya, Jilid I, (Jakarta : UI Press,1985), hlm. 82.
[5] Ali K. Tarikh, Sejarah Islam Pra
Modern, (Jakarta : Srigunting, 2000), hlm. 354.