BAB I
PENDAHULUAN
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang
saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu.
Individu dengan individu. Individu dengan kelompok. Kelompok dengan kelompok
dll. Contoh, guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu
dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial dan
Komunikasi Sosial.
Jadi, pengertian tentang Interaksi Sosial sangat berguna
didalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Umpamanya di
Indonesia sendiri membahas mengenai interaksi-interaksi sosial yang berlangsung
berbagai suku bangsa, golongan agama. Dengan mengetahui dan memahami perihal
tersebut dapat menimbulkan atau mempengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial
tertentu.[1]
Faktor yang
mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi,simpati
dan empati. Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru
orang lain. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya
memakai. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh adanya pengaruh.
Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau
yang kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.
Indentifikasi
adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu yang
mengindentikkan (menjadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh menyamakan
kebiasaan pemain sepakbola idolanya. Simpati adalah interaksi sosial yang
didasari oleh foktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain.
Empati adalah
interaksi sosial yang didasari oleh faktor dapat merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban bencana
alam. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.
Kemudian membuat terjadinya proses sosial.
BAB
II
PEMBAHASAN
ISLAM DAN INTERAKSI SOSIAL
A.
Konsep Interaksi Sosial
Interaksi Sosial berarti hubungan dinamis
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan
kelompok. Bentuknya seperti kerja sama, persaingan, pertikaian, tolong-menolong
dan Gotong-royong. Soerjono Soekanto mengatakan Interaksi sosial adalah kunci
dari seluruh kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa interaksi sosial tidak
akan mungkin terjadi kehidupan bersama. Interaksi terjadi antara
orang-perorangan, kelompok dengan kelompok, dan individu dengan kelompok.[2]
Dalam Islam, Interaksi Sosial disebut dengan
istilah hablum minannaasi (hubungan dengan sesama manusia), pengertiannya juga
tidak berbeda dengan pengertian interaksi sosial diatas, yaitu hubungan dengan
individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Contohya,
Saling sapa, berjabat tangan, silaturrahim, solidaritas sosial, ukwah
islamiah dan lai-lain. Interaksi sosial
tidak hanya terjadi dikalangan komunitas atau suatu kelompokya saja tetapi juga
diluar komunitasnya.
B.
Determinan Interaksi Sosial.
a)
Adanya kepentingan. Manusia
sebagai makhluk paripurna dan makhluk sosial memiliki kepentingan terhadap
orang lain, tidak bisa hidup sendirian, dan bahkan memerlukan bantuan orang
lain. Bentuk kepentingan itu misalnya : pergaulan sosial, tolong-menolong dan
punya kebutuhan yanga sama.
b)
Ingin hidup bersama. Ciri
manusia yang selalu berinteraksi yaitu ingin hidup bersama dan bersosialisasi.
Karena itu, dalam pergaulan sosial ia tidak saja melakukan interaksi pada satu
kelompok saja tetapi juga pada kelompok-kelompok lain dengan tidak membeda-bedakan
suku, bangsa latar belakang sosial, artinya, pada siapa saja dapat melaksanakan
interaksi sosial.
c)
Menghindari konflik sosial. Salah
satu yang harus dijauhi di dalam kehidupan sosial ialah terjadinya konflik
sosial, konflik bisa timbul karena benturan agama, ideologi, politik,
kesenjangan sosial, ekonomi, kesalah pahaman dan penerapan hukum yang tidak
adil. Untuk mengatasi konflik tersebut harus selalu berinteraksi dengan
berbagai lapisan masyarakat.
d)
Menjalin kerja sama. Bekerja
sama maksudnya ialah bekerja sama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Kerja
sama misalnya, organisasi sosial, organisasi politik, dan pada umumnya dalam
suatu perusahaan , seorang menejer dibantu oleh para karyawannya.
e)
Faktor kekerabatan dan
keagamaan. Kekerabatan terjadi karena ada hubungan darah dan perkawinan
sehingga memudahkan untuk melakukan interaksi sosial.
f)
Kedekatan ; hubungan
ketetanggaan atau tempat tinggal interaksi yang harmonis tetapi juga sebaliknya
yaitu terjadi konflik antara tetangga. Pada umumnya semakin dekat jarak
geografis antara dua orang maka makin tinggi tingkat interaksi, saling bertemu,
berbicara dan bersosialisasi.
g)
Kesamaan ; terbentuknya
kelompok sosial karena ada kesamaan di antara anggota-angotanya. Pada umumnya
faktor kesamaan itulah yang menyebabkan orang selalu berinteraksi.
h)
Faktor imitasi, sugesti,
identifikasi dan simpati. Faktor faktor tersebut dapat bergerak
sendiri-sendiri, secara terpisah dan serentak.[3]
C.
Bentuk-bentuk Interaksi
Sosial.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial dapat berupa
kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga
berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Suatu pertikaian mungkin
mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaiaan tersebut hanya akan dapat
diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi (acomodation) ; dan
ini kedua belah pihak belum tentu puas sepenuhnya. Suatu keadaan dapat dianggap
sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial.[4]
1.
Proses asosiatif
Proses asosiatif adalah bentuk
interaksi sosial yang dapat meningkatkan hubungan solidaritas antara individu.
a.
Kerja sama (cooperation).
Kerja sama merupakan bentuk
interaksi sosial yang utama. Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama
antara perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama. Kerjasama ini semakin menguat apabila ada tantangan dari luar kelompoknya.
Kerjasama bisa timbul jika terjadi hal-hal berikut.
a) Orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama.
b) Kedua
belah pihak memiliki sumbangan atau konstribusi untuk memenuhi kepentingan
mereka melalui kerjasama.[5]
b.
Akomodasi (accomodation)
Akomodasi dipergunakan dalam dua
arti, yaitu yang menunjuk pada suatu keadaan dan yang menunjuk pada suatu
proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu
keseimbangan dalam interaksi di antara orang-orang, yang kaitan dengan
norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Sedangkan sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia
untuk mencapai kestabilan. Akomodasi mempunyai tujuan sebagai berikut.[6]
§ Mengurangi
pertentangan.
§ Mencegah
pertentangan untuk sementara.
§ Memungkinkan
terjadinya kerjasama.
§ Mengusahakan
peleburan antara kelompok sosial Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara
untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan
tidak kehilangan kepribadiannya.
C. Asimilasi
Asimilasi adalah penyesuaian
sifat-sifat asli yang dimiliki dengan sifat-sifat sekitar. Dalam hal prose?
sosial, asimilasi berkaitan dengan peleburan perbeda-an budaya.
§ Proses
asimilasi bisa terjadi bila terdapat hal-hal berikut
§ Perbedaan
kebudayaan kelompok-kelompok manusia.
§ Terjadi
pergaulan secara langsung dan intensif.
§ Ada
perubahan kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia dan saling menyesuaikan
diri.
Beberapa faktor yang mempermudah
asimilasi adalah toleransi, sikap menghargai orang asing, sikap terbuka yang
dimiliki para pemimpin, per-samaan unsur-unsur kebudayaan, dan
kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
2.
Proses Disosiatif
Proses disosiatif adalah bentuk
interaksi sosial yang dapat merenggangkan hubungan solidaritas antarindividu.
Proses disosiatif meliputi persaingan, kontravensi, dan konflik.
a.
Persaingan (competition).
Persaingan adalah proses sosial
dimana individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui suatu
bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum,
dengar. cara menarik perhatian publik atau mem-pertajam prasangka yang ada,
tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Beberapa bentuk persaingan antara
lain persaingan ekonomi, persaingan kebu¬dayaan, persaingan kedudukan dan
peranan, serta persaingan ras.
b.
.Kontravensi (contravention)
Pada hakikatnya kontravensi merupakan
suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau
pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap
orang-orang lain atau unsur-unsur kebudayaan £olongan tertentu, yang dapat
berubah menjadi ^encian, tetapi tidak sampai pada pertentangan pertikaian.
Secara umum, bentuk kontravensi meliputi penolakan, keengganan, perlawanan,
per-buatan menghalang-halangi, protes, dan mengecewa-kan rencana pihak lain.
c.
Pertentangan/pertikaian (conflict)
inreraksi sosial dalam bentuk
pertentangan atau pertikaian terjadi jika masing-masing pihak yang sedang
mengadakan interaksi, tidak menemukan kesepahaman mengenai sesuatu, kemudian
berlanjut menjadi adu kekuatan, lalu timbul adanya perten¬tangan atau
pertikaian. Pertentangan atau pertikaian tersebut dapat bersifat sementara atau
terus-menerus.[7]
D.
Syarat-syarat terjadinya
Interaksi Sosial
Sebelum menjelaskan syarat-syarat terjadinya
interaksi sosial terlebih dahulu dijelaskan ciri-cirinya, antara lain :
1.
Pelaku jumlahnya lebih dari
satu orang.
2.
Terjadi komunikasi antara
pelaku dengan menggunakan simbol-simbol.
3.
Punya dimensi waktu: masa
lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang yang menentukan sifat aksi yang
sedang berlangsung.
4.
Mempunyai tujuan-tujuan
tertentu bisa sama dan bisa pula berbeda.
Menurut Soerjono Soekonto ada dua syarat terjadinya interaksi
sosial, Yaitu :
·
Kontak Sosial (Social
Contact).
·
Komunikasi Sosial.
Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang
atau lebih melalui percakapan, dialog dan masing-masing pihak mengerti maksud
dan tujuannya. Kontak sosial terbagi dua yaitu, kontak sosial secara langsung
dan kontak sosial secara tidak langsung. Kontak secara langsung misalnya
pertemuan dan dialog. Kontak tidak langsung yaitu, dengan menggunakan peralatan
seperti telepon, radio, dan surat. Atau yang paling populer saat ini adalah
melaui sms (short message).
Soerjono Soekonto menjelaskan kontak sosial dapat berlangsung dalam
tiga bentuk, yaitu :
1.
Antara orang-perorangan.
Misalnya, anak kecil yang mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya.
2.
Antara orang-perorangan dalam
satu keolompok manusia atau sebaliknya. Contohnya, apabila partai politik
memaksa angota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan program
kerjanya.
3.
Antara suatu kelompok manusia
dengan satu kelompok manusia lainnya. Misalnya, dua partai politik melakukan
kerja sama untuk mengalahkan partai politik saingannya.
Sedangkan
komunikasi sosial adalah suatu proses saling memberikan tafsiran kepada atau
dari perilaku pihak lain. Melalui tafsiran pada perilaku pihak lain, sesorang
mewujudkan perilaku sebagai reaksi terhadap maksud atau peran yang ingin
disampaikan oleh pihak lain.[8]
E.
Tata Cara Membangun Interaksi
Sosial.
Membangun
interaksi sosial yang efektif tidaklah terlalu sulit dalam kehidupan sosial.
Namun, harus disadari tidak semua oarang dapat melakukan interaksi sosial
dengan baik. Untuk memudahkan kita berinteraksi sosial, ada beberapa kiat yang
bisa dilakukakan, yaitu :
1.
Simpati. Maksudnya, belajar
memahami dan menerima keberadaan orang lain. Tidak merendahkan statuss sosial,
tingkat ekonomi, pendidikan dan keluarganya. Artinya, tidak boleh superior dari
orang lain. Lebih menunjukkan kesederhanaan dan saling menghargai dalam
kehidupan sosial. Ada beberapa syarat untuk membangun simpati.
a.
Rendah hati, maksudnya ikhlas
dan tidak memposisikan diri lebih hebat dalam lingkungan kerja dan lingkungan
sosial.
b.
Fleksibel, artinya supel
dalam bergaul, mudah menerima dan memahami orang lain.
c.
Memahami kehidupan sosial
orang lain. Misalnya, tingkat ekonomi, status sosial, pendidikan dan gaya
bahasanya. Sama seperi juru dakwah sebelum menyampaikan dakwah nya mengtahui
terlebih dahuulu audiens nya maka dakwah yang akan disampaikan bisa dimengerti
orang lain.
2.
Memberi manfaat. Sering kita
dalam kehidupan sosial bukanlah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Karena
faktor ketertutupan pribadi, dan selalu berfikir negatif. Mungkin juga karena
faktor pendidikan dan kekayaan maka menganggap remeh terhadap lingkungan
sosial. Dalam Islam yang ditutuntut adalah manusia yang bermanfaat sesamanya.
3.
Saling menghargai dan
menghormati. Siapapun teman kita bicara, bergaul dan berinteraksi sosial harus
mengutamakan sifat mengahargai. Kita menghargai orang lain maka oarang lain
juga pasti mengahargai kita.
4.
Solidaritas sosial. Ketika
teman, keluarga, dan tetangga ditimpa oleh musibah maka harus bersifat
solidaritas. Ketika masyarakat ditimpa banjir, longsor, gempa bumi, angin
puting beliung, kebakaran rumah dan lainnya maka harus muncul sifat solidaritas
sosial. Pada masyarakat kota sifat tasamuh itu jauh lebih menipis dibanding
dengan masyarakat desa, rasa persaudaraan dan kekeluargaan masih kuat dan dan
terpelihara. Garis keterunan, geneolgi, hubungan darah dan ikatan desa menjadi
faktor pendukung terciptanya solidaritas sosial.
5.
Memahami karakter agama dan
budaya masyarakat. Pada masyarakat plural seperti di Sumatra Utara kita harus
menghormati agama yang dianut oleh suku-suku lain. Terjadinya gesekan-gesekan
sosial antar penganut agama belakangan ini karena belum sepenuhnya menerapkan
kerukunan antara umat beragama. Demikian pula tentang keanekaragaman yang
dianut masyarakat harus diterima bersama dan tidak merendahkan budaya orang
lain. Hal itu salah satu kekayaan bansa Indonesia. Filosofi yang dipakai ialah
Bhinneka Tunggal Ika, walaupun kita berbeda Agama, Budaya, Suku, Bangsa tetapi
harus mengutamakan kesatuan. Dalam istilah lain bersatu dalam perbedaan.[9]
F.
Pandangan Islam Tentang
Interaksi Sosial.
Dalam Islam ada tiga hubungan yang harus dilakukan yaitu hubungan
kepada Allah SWT, hubungan kepada sesama manusia dan hubungan kepada alam
semesta. Ketiga hubungan ini harus seimbang dan bersinegri. Artinya, tidak
boleh fokus pada satu bentuk hubungan saja. Misalnya, mengutamakan hubungan
kepada Allah saja tetapi hubungan sesaama manusia di abaikan. Apabila hal itu
diabaikan maka tidak lah sempurna keimanan sesorang. Hubungan kepada Allah dari
sudut sosiologi disebut dengan hubungan vertikal dan hubungan sesama manusia
disebut hubungan horizontal. Hubungan kepada sesama manusia dalam istilah
sosiologi disebut dengan interaksi sosial. Hubungan kepada alam semesta yaitu
tidak dibenarkan merusak lingkungan tetapi melestrikan dan menjaga dengan baik.
Dalam Islam, interaksi sosial berarti hubungan sosial. Bentuk
hubungan yang mencakup populer yaitu silaturrahim. Yang artinya hubungan kasih
sayang. Silaturrahim sebagai bentuk interaksi sosial banyak dilakukan umat
islam pada kegiatan majlis taklim, menyambut bulan suci ramadahan, penyambutan
tahun baru Islam, hari Raya Idhul Fitri dan hari Raya Idul Adha serta halal bi
halal. Namun, harus digaris bawahi bahwa kegiatan silaturrahim tidak hanya
kegiatan itu saja. Tetapi dalam bentuk wirid yassin, atau serikat tolong
menolong juga dapat dikelompokkan kedalam silaturrahim karena setiap kamis
malam selalu antara jama’ah, saling kontak, saling bebicara dan saling
berdiskusi.[10]
Istilah yang lebih luas dari interaksi sosial yakni ukhwah
Islamiyah. Artinya, persaudaraan yang dijalin sesama muslim. Persaudaraan itu
dibagi empat, yaitu :
1.
Ukwah ‘Ubudiyah yaitu ukhwah berdasarkan
sama-sama hamba Allah
2.
Ukhwah Al Insaniyah, artinya
ukwah yang didasarkan karena sama-sama manusia sebagai makhluk Allah yang
bersumber dari seorang ayah dan ibu yaitu nabi Adam Dan Siti Hawa.
3.
Ukhwah al-Wathaniyah. Yaitu,
ukhwah yang didasarkan pada negara dan kebangsaan yang sama.
4.
Ukhwan fin din Al-Islam,
yaitu : ukhwah yang didasarkan karena sama-sama satu akidah.
Dasar terbentuknya ukhwah Islamiyah, firman Allah SWT dalam Surat
Al-Hujarat, pada ayat 10, yaitu :
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷uqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
Artinya
:
10.
orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat.
Bentuk
persaudaraan yang di ajarkan oleh al-quran tidak hanya karena faktor satu
aqidah Islam. Tetapi juga disuruh juga untuk melakukan ukhwah dengan umat lain.
Menurut Ali Nurdin, Istilah yang disebut oleh al-quran untuk menjalin ukhwah
dengan umat lain tidaklah memakai ukhwah tetapi lebih tepat memakai istilah
toleransi. Toleransi maksudnya adalah tolong menolong dan saling menghargai
antara penganut agama. Tolerasnsi yang dibenarkan yaitu toleransi dalam bidang
kehidupan sosial sedangkan dalam bidang aqidah dan ibadah tidaklah dibenarkan.
G. Etika
Interaksi Sosial Dalam Islam
Dalam
melakukan interaksi sosial harus ada etika yang dibangun sehingga interaksi itu
tetap harmonis, kondusif dan tidak terputus. Berkaitan dengan hal tersebut,
Islam menjelaskan beberapa etika tersebut, antara lain, :
1. Tidak
boleh saling memfitnah. Perbuatan fitnah itu dilarang dalam ajaran Islam karena
bertentangan dengan kenyataannya. Dalam kehidupan sosial ditemukan beberapa
bentuk fitnah, yaitu fitnah terhadap harta, anak, keluarga, dan jabatan bahkan
perilaku tersebut cukup sulit dihindari oleh sebahagian masyarakat. Dari segi
pergaulan sosial fitnah itu cukup merugikan orang lain dan dampaknya dapat
menimbulkan permusuhan, kebencian, dendam dan terputusnya hubungan
silaturrahim.
2. Tidak
boleh menghina atau menghujat sesama muslim. Perilaku tersebut dewasa ini cukup
mudah ditemukan dalam kehidupan sosial. Orang begitu mudah tersinggung,
menghina, menghujat tanpa alasan yang jelas. Dampaknya, yakni sering terjadi
permusuhan, kebencian, bahkan juga pertengkaran sesama muslim yang pada
akhirnya mengganggu ukhwah islamiyah.
3. Tidak
dibenarkan berburuk sangka kepada orang lain (suuzzan). Karena tetangga, teman
dan pegawai kantoran membangun rumah mewah, menduduki jabatan terhormat, punya
harta, maupun mobil sering menimbulkan buruk sangka di masyarakat. Dalam Islam,
sifat buruk sangka tidak dibenarkan dan termasuk kedalam kategori akhlak
al-mazmumah (akhlak tercela).
4. Bersikap
jujur dan adil. Dalam kehidupan sosial tidak dibenarkan penuh dengan kebohongan
dan ketiadakadilan karena dapat merugikan pribadi, keluarga, masyrakat bahkan
merugikan negara. Pemimpin yang jujur dan adil akan dihormati, dicintai oleh
rakyat dan diteladani kepemimpinannya. Tetapi apabila pemimpin tidak jujur dan
tidak adil maka aka dihina masyarakat, dan tidak dihormati.
5. Bersifat
tawaduk atau merendah diri. salah satu
sikap yang dibangun dalam interaksi sosial tidak dibenarkan bersifat sombong
karena haratnya, jabatan dan status sosial.
6. Berakhlak
mulia. Bustanuddin Agus mengatakan bahwa sesorang yang berakhlak mulia akan
mengantarkan bangsa itu menjadi baik dan dihormati dalam hubungan
intersansional. Tetapi apabila masyarakat dan bangsanya tidak berakhlak mulia
maka bangsa itu tidak dihormati dan mengalami kehancuran. Perilaku atau
berakhlak tidaklah cukup sebatas ungkapan tetapi harus dalam perilaku nyata. Berkaitan
dengan soal akhlak itu, Asmaran mengatakan berakhlak mulia merupakan azas
kebahagiaan, keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan anatara sesama
manusia, baik pribadi maupun dengan lingkungannya. [11]
BAB III
PENUTUP
Interaksi sosial
adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi seperti, setiap Individu
dengan individu lainnya, Individu dengan
kelompok. Kelompok dengan kelompok lainnya. Soerjono Soekonto mengemukakan
bahwa interaksi sosial adalah kunci dari seluruh kehidupan sosial, oleh karena
itu tanpa adanya interaksi sosial tidak adanya kehidupan bersama.
Bentuk Interaksi sosial menurut jumlah pelakunya .
a)
Interaksi antara individu dan individu.
Individu yang satu memberikan pengaruh , rangsangan \ Stimulus kepada
individu lainnya . Wujud interaksi bisa dalam dalam bentuk berjabat tangan ,
saling menegur , bercakap – cakap \ mungkin bertengkar.
b)
Interaksi antara individu dan kelompok kelompok.
Bentuk interaksi antara individu dengan kelompok : Misalnya : Seorang
ustadz sedang berpidato didepan orang banyak . Bentuk semacam ini menunjukkan
bahwa kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok.
c)
Interaksi antara Kelompok dan Kelompok.
Bentuk interaksi seperti ini berhubungan dengan kepentingan individu dalam
kelompok lain . Contoh : Satu Kesebelasan Sepak Bola bertanding melawan
kesebelasan lain .
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial dapat berupa
kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga
berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Suatu pertikaian mungkin
mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaiaan tersebut hanya akan dapat
diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi (acomodation)
REFERENSI
ü Soerjono
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : Rajawali Pers), 2009
ü Sahrul,
Sosiologi Islam (Medan: Perdana Mulya Sarana), 2011
ü Selo
Soemardjan Dan Soelaeman Soemardi, Setangakai Bunga Sosiologi, (Jakarta :
Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) 1964
ü http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/bentuk-bentuk-interaksi-sosial/
diakses tanggal 23 maret 2012.
[1] Soerjono Soekanto, Sosiologi
Suatu Pengantar ( Jakarta : Rajawali Pers, 1990), h.54.
[2] Sahrul, Sosiologi Islam ( medan :
IAIN PRESS,2001), h.67.
[3] Ibid, h. 69.
[4] Selo Soemardjan Dan Soelaeman
Soemardi, Setangakai Bunga Sosiologi, (Jakarta : Yayasan Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), H. 177.
[5]
http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/bentuk-bentuk-interaksi-sosial/
diakses tanggal 23 maret 2012
[6] Soerjono Soekanto, Sosiologi
Suatu Pengantar (Jakarta : Rajawali Pers, 1990), h.68.
[7] Ibid, h. 633.
[8] Sahrul, Op. Cit, h.71.
[9] Ibid, h.74.
[10] Ibid, h.75.
[11] Ibid, h.79.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar