FILSAFAT DAKWAH
PENULIS : SAFWAN GHALI
PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian
filsafat dapat di tinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminologi:
1. Arti secara etimologi
1. Arti secara etimologi
Kata
filsafat dalam bahasa arab adalah falsafah yang dalam bahasa inggris di kenal
dengan istilah philosophy adalah bersal dari bahasa Yunani philosophia. Kata
philosophia terdiri atas kata philein yag berarti cinta (love) dan sophia yang
berarti kebijakasanaan (Wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love ofwisdom). Seorang filsafat adalah pencinta atau
pencari kebijaksanaan.
2. Arti terminology
Arti
terminologi maksudnya arti yang di kandung oleh istilah-istilah stemen
“filsafat”.
• Menurut plato, filsafat adalah pengaturan yang terminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
• Menurut Aristoteles filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang tekadang di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi politik dan estetika (filsafat keindahan).
• Hasbullah Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai keutuhan alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya telah di capai pengetahuan itu.Adapun ahli Mudhofir (1996) memberikan arti filsafat sangat beragam:
• Menurut plato, filsafat adalah pengaturan yang terminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
• Menurut Aristoteles filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang tekadang di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi politik dan estetika (filsafat keindahan).
• Hasbullah Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai keutuhan alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya telah di capai pengetahuan itu.Adapun ahli Mudhofir (1996) memberikan arti filsafat sangat beragam:
-
Filsafat sebagai suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta, sikap secara
filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran dan selalu
tersedia menunjau suatu problem dari semua sudut pandang.
-
Filsafat sebagai suatu metode artinya cara berpikir secara reflektif
(mendalam), penyelidikan yang menggunkan alasan, berpikir secara hati-hati dan
teliti.
- Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh mencoba menggantungkan beberapa kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pedagang dunia yang konsisten.
Jadi
dari batasan-batasan di atas tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara
mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakekatnya.
OBJEK FILSAFAT
Filsafat
adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penentuan untuk pembentukan
pengetahuan yang di bedakan menjadi dua yaitu: objek material dan objek formal.
Objek material filsafat
Objek material filsafat
Objek
material yaitu suatu yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu
atau
objek material yaitu hal yang diselidiki di pandang atau di sorot oleh suatu
disiplin ilmu.
Objek formal filsafat
Objek formal filsafat
Objek
formal filsafat yaitu sudut pandangan yang menyeluruh secara umum sehingga
dapat mencapai hakikat dari objek materialnya. Jadi yang membedakan filsafat
dengan ilmu-ilmu lain terletak dalam objek material dan objek formalnya. Jika
dalam ilmu-ilmu lain, objek materialnya mambatasi dari apapun pada objek
formalnya membahas objek materialnya itu sampai ke hakikatnya untuk esensi dari
yang di hadapinya.
a.
Etimologis
Kata
dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’aa yang
berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Ism fa’ilnya (red. pelaku) adalah
da’I yang berarti pendakwah. Di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughoh wa al-a’lam
disebutkan makna da’I sebagai orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada
agamanya atau mazhabnya . Merujuk pada Ahmad Warson Munawir dalam Ilmu Dakwah
karangan Moh. Ali Aziz (2009:6), kata da’a mempunyai beberapa makna antara lain
memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh
datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi dan
meratapi. Dalam Al-Quran kata dakwah ditemukan tidak kurang dari 198 kali
dengan makna yang berbeda-beda setidaknya ada 10 macam yaitu:
1.
Mengajak dan menyeru,
2.
Berdo’a,
3.
Mendakwa (red. Menuduh),
4.
Mengadu,
5.
Memanggil,
6.
Meminta,
7.
Mengundang,
8.
Malaikat Israfil,
9.
Gelar,
10.
Anak angkat.
Dari
makna yang berbeda tersebut sebenarnya semuanya tidak terlepas dari unsur
aktifitas memanggil. Mengajak adalah memanggil seseorang untuk mengikuti kita,
berdoa adalah memanggil Tuhan agar mendengarkan dan mengabulkan permohonan
kita, mendakwa/menuduh adalah memanggil orang dengan anggapan tidak baik,
mengadu adalah memanggil untuk menyampaikan keluh kesah, meminta hampir sama
dengan berdoa hanya saja objeknya lebih umum bukan hanya tuhan, mengundang
adalah memanggil seseorang untuk menghadiri acara, malaikat Israfil adalah yang
memanggil manusia untuk berkumpul di padang Masyhar dengan tiupan Sangkakala,
gelar adalah panggilan atau sebutan bagi seseorang, anak angkat adalah orang
yang dipanggil sebagai anak kita walaupun bukan dari keturunan kita. Kata
memanggil pun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia meliputi beberapa makna yang
diberikan Al-Quran yaitu mengajak, meminta, menyeru, mengundang, menyebut dan
menamakan. Maka bila digeneralkan makna dakwah adalah memanggil.
b.
Terminologis
Definisi
dakwah dari literature yang ditulis oleh pakar-pakar dakwah antara lain adalah:
Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik (Aboebakar Atjeh, 1971:6)
Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik (Aboebakar Atjeh, 1971:6)
Dakwah
adalah menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada
kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat
(Syekh Muhammad Al-Khadir Husain).
Dakwah
adalah menyampaikan dan mengajarkan agama Islam kepada seluruh manusia dan
mempraktikkannya dalam kehidupan nyata (M. Abul Fath al-Bayanuni).
Dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong manusia
memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran Islam,
agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti
(akhirat) (A. Masykur Amin)
Dari
defenisi para ahli di atas maka bisa kita simpulkan bahwa dakwah adalah
kegiatan atau usaha memanggil orang muslim mau pun non-muslim, dengan cara
bijaksana, kepada Islam sebagai jalan yang benar, melalui penyampaian ajaran
Islam untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa hidup damai di dunia
dan bahagia di akhirat. Singkatnya, dakwah, seperti yang ditulis Abdul Karim
Zaidan, adalah mengajak kepada agama Allah, yaitu Islam.
Setelah kita ketahui makna dakwah secara etimologis dan terminologis maka kita akan dapatkan semua makna dakwah tersebut membawa misi persuasive bukan represif, karena sifatnya hanyalah panggilan dan seruan bukan paksaan. Hal ini bersesuaian dengan firman Allah (ayat la ikraha fiddin) bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Maka penyebaran Islam dengan pedang atau pun terror tidaklah bisa dikatakan sesusai dengan misi dakwah.
Setelah kita ketahui makna dakwah secara etimologis dan terminologis maka kita akan dapatkan semua makna dakwah tersebut membawa misi persuasive bukan represif, karena sifatnya hanyalah panggilan dan seruan bukan paksaan. Hal ini bersesuaian dengan firman Allah (ayat la ikraha fiddin) bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Maka penyebaran Islam dengan pedang atau pun terror tidaklah bisa dikatakan sesusai dengan misi dakwah.
Ruang Lingkup Ilmu Dakwah
Sebagai
ilmu yang mempelajari proses penyampaian ajaran Islam kepada umat, ilmu dakwah
memiliki ruang lingkup pembahasan yang sangat luas. Dakwah itu identik dengan
pembangunan fisik dan non fisik, dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu.
Ilmu itu keseluruhannya termasuk bagian dari ilmu Allah yang mencakup wilayah
yang amat luas. Ilmu Allah yang amat luas itu terdiri dari konsep-konsep yang
apabila ditulis dengan tinta sebanyak air lautan dan pulpen sebanyak
ranting-ranting pepohonan, ilmu Allah tersebut tidak akan selesai atau tidak
akan habis ditulis. Oleh manusia ilmu tersebut diteliti, dikaji dan
didistribusikan kepada berbagai lembaga-lembaga pendidikan, termasuk IAIN. IAIN
memperoleh jatah seperti yang tertulis di dalam kurikulum atau silabinya, yang
banyak berbeda dengan jatah lembaga pendidikan lain. Di IAIN jatah itu
dibagi-bagi ke tiap-tiap fakultas, dan dibagi-bagi lagi ke tiap jurusan.
Fakultas Dakwah mempunyai bidang kajian utama 'ilmu dakwah' yang membahas
unsur-unsur yang terdapat di dalam bidang kajian tersebut. Dengan demikian
kajian ilmu dakwah sangatlah luas.
Akan
tetapi ruang lingkup pembahasan ilmu dakwah dapat diringkas sebagai berikut :
- Bentuk-bentuk penyampaian ajaran Islam dari seseorang atau kelompok kepada seseorang atau kelompok yang lain
- Cara-cara penyampaian ajaran Islam tersebut yang meliputi pendekatan, metode atau medianya,
- Efek atau pengaruh penyampaian ajaran Islam tersebut terhadap sikap dan tingkah laku individu dan masyarakat yang menerimanya.
Obyek Studi
Ilmu Dakwah
Suatu
ilmu pengetahuan hanya dapat disebut ilmu pengetahuan apabila ia memenuhi
persyaratan yang dituntut oleh ilmu pengetahuan secara umum. Persyaratan yang
dituntut itu ialah setiap ilmu pengetahuan harus memiliki obyek material dan
obyek formal.
Obyek
material suatu ilmu adalah materi atau
bidang atau lapangan penyelidikan ilmu bersangkutan, sedangkan obyek formalnya
ialah bagaimana obyek material tersebut dipandang. Beberapa ilmu pengetahuan
dapat memiliki obyek material yang sama, tetapi ilmu-ilmu itu berbeda karena
obyek formalnya berbeda. Sebagai contoh, psikologi, sosiologi dan pedagogi
memiliki obyek material yang sama yaitu manusia, namun ilmu-ilmu itu berbeda
karena obyek formalnya berbeda. Obyek formal psikologi, yaitu aktivitas jiwa
dan kepribadian manusia secara individual yang dipelajari lewat tingkah laku.
Obyek formal sosiologi adalah hubungan antarmanusia dalam kelompok dan antarkelompok
dalam masyarakat, sedangkan obyek formal pedagogi ialah kegiatan manusia untuk
menuntun perkembangan manusia.
Obyek
material ilmu dakwah adalah proses penyampaian ajaran kepada umat manusia atau
bentuk penyampaian suatu message yang berupa ide, ideologi, ajaran agama
dan sebagainya dari seseorang kepada seseorang dari satu kelompok kepada
kelompok lainnya. Sedangkan obyek formalnya adalah proses penyampaian ajaran
kepada umat manusia. Apabila rumusan ini dijabarkan lagi maka obyek formal
dakwah dapat dirinci berikut ini:
- Proses penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia
- Hubungan antara unsur-unsur dakwah
- Proses keagamaan pada diri manusia
Dari
penyebutan di atas dapat diketahui bahwa secara struktural ilmu dakwah
merupakan bagian dari ilmu publisistik. Meski demikian kekhususan ilmu dakwah
dibanding dengan publisistik terletak pada bahan message yang berupa
ajaran Islam. Di samping itu di dalam ilmu dakwah terdapat proses komunikasi
antara manusia dengan Tuhan, yang mana hal ini tidak terdapat di dalam
publisistik
Metode Ilmu Dakwah
Yang
dimaksud metode ilmu dakwah adalah cara kerja untuk dapat memahami obyek studi
ilmu dakwah.
Metode
ilmu dakwah meliputi metode historis, deskriptif, korelasional, ekperimental,
kuasi eksperimental, dan metode aksi.
Metode
historis yaitu penyelidikan yang
mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis suatu
masalah. Dalam penyelidikan historis dilakukan analisis terhadap sebab-sebab
suatu hal seperti peristiwa-peristiwa tertentu, proses-proses dan
lembaga-lembaga peradaban manusia masa silam. Tujuannya adalah merekonstruksi
masa lalu secara obyektif dan sistematis dengan mengumpulkan bahan, menilai,
melakukan verifikasi dan mensintesiskan bukti untuk menetapkan fakta-fakta atau
data-data dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Bentuk-bentuk sosial sekarang,
kebiasaan-kebiasaan atau cara hidup kita mempunyai akar-akarnya di masa lalu.
Karena itu sangatlah baik kalau dilakukan pelacakan melalui studi historis.
Dalam
konteks ilmu dakwah, metode historis dapat digunakan untuk meneliti
bentuk-bentuk dakwah pada zaman lampau misalnya pada zaman Nabi, khulafa'
al-rashidin dsb; meneliti subyek dakwah, terbentuknya lembaga-lembaga
keagamaan, melembaganya nilai-nilai atau norma-norma masyarakat dan lain-lain.
Penggunaan metode ini juga sangat bermanfaat untuk mengkaji bagaimana
kontinuitas dakwah dari masa ke masa beserta dinamika yang terjadi di dalamnya.
Metode
deskriptif yaitu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta-fakta
dan sifat-sifat populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan
cermat. Dalam konteks ilmu dakwah, metode ini berguna untuk menuturkan,
menganalisis dan mengklasifikasi obyek dakwah beserta lembaga-lembaganya,
keadaan norma-normanya, kepercayaannya dan sebagainya.
Metode
korelasional adalah kelanjutan metode deskriptif. Metode ini bertujuan mencari
hubungan/korelasi antara variabel satu dengan yang lain. Dalam konteks ilmu
dakwah metode ini dapat digunakan –misalnya- menyelidiki taraf pengamalan
beragama masyarakat, kemudian menghubungkan apakah ada korelasi antara usia,
tingkat ekonomi dan sebagainya dengan tingkat pengamalan beragama tersebut.
Metode
eksperimental bertujuan untuk memperoleh data yang kongkrit tentang pengaruh
suatu keadaan terhadap keadaan yang lain. Metode penelitian ini memungkinkan
peneliti dapat memanipulasi variabel dan meneliti akibat-akibatnya. Metode ini
dapat digunakan untuk meneliti efektifitas metode dan media dakwah.
Metode
penelitian aksi bertujuan mengembangkan ketrampilan baru atau cara pendekatan
baru dan untuk memecahka masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau
dunia aktual yang lain.
Tujuan
dakwah adalah menjadikan manusia muslim mampu mengamalkan ajaran Islam dalam
kehidupan bermasyarakat dan menyebarluaskan kepada masyarakat yang mula-mula
apatis terhadap Islam menjadi orang yang suka rela menerimanya sebagai petunjuk
aktivitas duniawi dan ukhrawi.
Kebahagiaan
ukhrawi merupakan tujuan final setiap muslim. Untuk mencapai maksud
tersebut diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan penuh optimis melaksanakan
dakwah.
Oleh
karena itu seorang da`i harus memahami tujuan dakwah, sehingga segala
kegiatannya benar-benar mengarah kepada tujuan seperti dikemukakan di atas.
Seorang da`i harus yakin akan keberhasilannya, jika ia tidak yakin dapat
menyebabkan terjadinya penyelewengan-penyelewengan di bidang dakwah.
Sejarah
perjuangan umat Islam dalam menegakkan panji-panji Islam pada dasarnya seluruh
golongan dalam Islam sepakat memperjuangkan dan merealisasikan nilai-nilai
ajaran Islam dalam kehidupan umat manusia. tetapi kenyataan menunjukkan hal
yang berlawanan. Berubah kepada pencapaian kekuasaan golongannya sendiri
sehingga menimbulkan persaingan dan pertentangan di antara golongan itu
sendiri. Dalam masalah bisnis terlihat adanya transaksi yang sering
menguntungkan di satu pihak sementara pada pihak lain dirugikan. Inilah akibat
yang ditimbulkan oleh orang yang tidak memahami hakikat perjuangan suci.
Disinilah
letaknya mengapa tujuan dakwah itu perlu diperjelas agar menjadi keyakinan yang
kokoh untuk menghindari terjadinya salah arah. Tujuan dakwah hakikatnya sama
dengan diutusnya nabi Muhammad saw. membawa ajaran Islam dengan tugas
menyebarluaskan dinul haq itu kepada seluruh umat manusia sesuai dengan
kehendak Allah swt.
Berikut
akan diuraikan tentang tujuan dakwah :
- Mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar agar dapat hidup sejahtera di dunia maupun di akhirat.
- Mengajak umat Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah swt.
- Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
- Menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang gawat yang meminta segera penyelesaian dan pemecahan.
- Menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi sewaktu-waktu dalam masyarakat.
Jadi
inti dari tujuan yang ingin dicapai dalam proses pelaksanaan dakwah adalah
keridhaan Allah swt. dimana obyek dakwah tidak hanya terbatas kepada umat Islam
saja, tetapi semua manusia bahkan untuk semua alam. Dari sudut manapun dakwah
itu diarahkan, maka intinya adalah amar ma`ruf nahyi munkar yang
bertujuan untuk merubah dari sesuatu yang negatif kepada yang positif, dari
yang statis kepada kedinamisan sebagai upaya merealisasikan kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar