Senin, 15 April 2013

FILSAFAT DAKWAH
PENULIS : SAFWAN GHALI

PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian filsafat dapat di tinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminologi:
1. Arti secara etimologi
Kata filsafat dalam bahasa arab adalah falsafah yang dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah philosophy adalah bersal dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yag berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijakasanaan (Wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love ofwisdom). Seorang filsafat adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan.
2. Arti terminology
Arti terminologi maksudnya arti yang di kandung oleh istilah-istilah stemen “filsafat”.
• Menurut plato, filsafat adalah pengaturan yang terminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
• Menurut Aristoteles filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang tekadang di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi politik dan estetika (filsafat keindahan).
• Hasbullah Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai keutuhan alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya telah di capai pengetahuan itu.Adapun ahli Mudhofir (1996) memberikan arti filsafat sangat beragam:
- Filsafat sebagai suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta, sikap secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran dan selalu tersedia menunjau suatu problem dari semua sudut pandang.
- Filsafat sebagai suatu metode artinya cara berpikir secara reflektif (mendalam), penyelidikan yang menggunkan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti.

- Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh mencoba menggantungkan beberapa kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pedagang dunia yang konsisten.
Jadi dari batasan-batasan di atas tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakekatnya.


OBJEK FILSAFAT
Filsafat adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penentuan untuk pembentukan pengetahuan yang di bedakan menjadi dua yaitu: objek material dan objek formal.
Objek material filsafat
Objek material yaitu suatu yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu
atau objek material yaitu hal yang diselidiki di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu.
Objek formal filsafat
Objek formal filsafat yaitu sudut pandangan yang menyeluruh secara umum sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya. Jadi yang membedakan filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak dalam objek material dan objek formalnya. Jika dalam ilmu-ilmu lain, objek materialnya mambatasi dari apapun pada objek formalnya membahas objek materialnya itu sampai ke hakikatnya untuk esensi dari yang di hadapinya.
 a. Etimologis
Kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’aa yang berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Ism fa’ilnya (red. pelaku) adalah da’I yang berarti pendakwah. Di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughoh wa al-a’lam disebutkan makna da’I sebagai orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau mazhabnya . Merujuk pada Ahmad Warson Munawir dalam Ilmu Dakwah karangan Moh. Ali Aziz (2009:6), kata da’a mempunyai beberapa makna antara lain memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi. Dalam Al-Quran kata dakwah ditemukan tidak kurang dari 198 kali dengan makna yang berbeda-beda setidaknya ada 10 macam yaitu:
1. Mengajak dan menyeru,
2. Berdo’a,
3. Mendakwa (red. Menuduh),
4. Mengadu,
5. Memanggil,
6. Meminta,
7. Mengundang,
8. Malaikat Israfil,
9. Gelar,
10. Anak angkat.
Dari makna yang berbeda tersebut sebenarnya semuanya tidak terlepas dari unsur aktifitas memanggil. Mengajak adalah memanggil seseorang untuk mengikuti kita, berdoa adalah memanggil Tuhan agar mendengarkan dan mengabulkan permohonan kita, mendakwa/menuduh adalah memanggil orang dengan anggapan tidak baik, mengadu adalah memanggil untuk menyampaikan keluh kesah, meminta hampir sama dengan berdoa hanya saja objeknya lebih umum bukan hanya tuhan, mengundang adalah memanggil seseorang untuk menghadiri acara, malaikat Israfil adalah yang memanggil manusia untuk berkumpul di padang Masyhar dengan tiupan Sangkakala, gelar adalah panggilan atau sebutan bagi seseorang, anak angkat adalah orang yang dipanggil sebagai anak kita walaupun bukan dari keturunan kita. Kata memanggil pun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia meliputi beberapa makna yang diberikan Al-Quran yaitu mengajak, meminta, menyeru, mengundang, menyebut dan menamakan. Maka bila digeneralkan makna dakwah adalah memanggil.

b. Terminologis
Definisi dakwah dari literature yang ditulis oleh pakar-pakar dakwah antara lain adalah:
Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik (Aboebakar Atjeh, 1971:6)
Dakwah adalah menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat (Syekh Muhammad Al-Khadir Husain).
Dakwah adalah menyampaikan dan mengajarkan agama Islam kepada seluruh manusia dan mempraktikkannya dalam kehidupan nyata (M. Abul Fath al-Bayanuni). Dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat) (A. Masykur Amin)
Dari defenisi para ahli di atas maka bisa kita simpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim mau pun non-muslim, dengan cara bijaksana, kepada Islam sebagai jalan yang benar, melalui penyampaian ajaran Islam untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa hidup damai di dunia dan bahagia di akhirat. Singkatnya, dakwah, seperti yang ditulis Abdul Karim Zaidan, adalah mengajak kepada agama Allah, yaitu Islam.
Setelah kita ketahui makna dakwah secara etimologis dan terminologis maka kita akan dapatkan semua makna dakwah tersebut membawa misi persuasive bukan represif, karena sifatnya hanyalah panggilan dan seruan bukan paksaan. Hal ini bersesuaian dengan firman Allah (ayat la ikraha fiddin) bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Maka penyebaran Islam dengan pedang atau pun terror tidaklah bisa dikatakan sesusai dengan misi dakwah.
Ruang Lingkup Ilmu Dakwah
Sebagai ilmu yang mempelajari proses penyampaian ajaran Islam kepada umat, ilmu dakwah memiliki ruang lingkup pembahasan yang sangat luas. Dakwah itu identik dengan pembangunan fisik dan non fisik, dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu. Ilmu itu keseluruhannya termasuk bagian dari ilmu Allah yang mencakup wilayah yang amat luas. Ilmu Allah yang amat luas itu terdiri dari konsep-konsep yang apabila ditulis dengan tinta sebanyak air lautan dan pulpen sebanyak ranting-ranting pepohonan, ilmu Allah tersebut tidak akan selesai atau tidak akan habis ditulis. Oleh manusia ilmu tersebut diteliti, dikaji dan didistribusikan kepada berbagai lembaga-lembaga pendidikan, termasuk IAIN. IAIN memperoleh jatah seperti yang tertulis di dalam kurikulum atau silabinya, yang banyak berbeda dengan jatah lembaga pendidikan lain. Di IAIN jatah itu dibagi-bagi ke tiap-tiap fakultas, dan dibagi-bagi lagi ke tiap jurusan. Fakultas Dakwah mempunyai bidang kajian utama 'ilmu dakwah' yang membahas unsur-unsur yang terdapat di dalam bidang kajian tersebut. Dengan demikian kajian ilmu dakwah sangatlah luas.

Akan tetapi ruang lingkup pembahasan ilmu dakwah dapat diringkas sebagai berikut :
  1. Bentuk-bentuk penyampaian ajaran Islam dari seseorang atau kelompok kepada seseorang atau kelompok yang lain
  2. Cara-cara penyampaian ajaran Islam tersebut yang meliputi pendekatan, metode atau medianya,
  3. Efek atau pengaruh penyampaian ajaran Islam tersebut terhadap sikap dan tingkah laku individu dan masyarakat yang menerimanya.
Obyek Studi Ilmu Dakwah
Suatu ilmu pengetahuan hanya dapat disebut ilmu pengetahuan apabila ia memenuhi persyaratan yang dituntut oleh ilmu pengetahuan secara umum. Persyaratan yang dituntut itu ialah setiap ilmu pengetahuan harus memiliki obyek material dan obyek formal.
Obyek material suatu ilmu adalah materi atau bidang atau lapangan penyelidikan ilmu bersangkutan, sedangkan obyek formalnya ialah bagaimana obyek material tersebut dipandang. Beberapa ilmu pengetahuan dapat memiliki obyek material yang sama, tetapi ilmu-ilmu itu berbeda karena obyek formalnya berbeda. Sebagai contoh, psikologi, sosiologi dan pedagogi memiliki obyek material yang sama yaitu manusia, namun ilmu-ilmu itu berbeda karena obyek formalnya berbeda. Obyek formal psikologi, yaitu aktivitas jiwa dan kepribadian manusia secara individual yang dipelajari lewat tingkah laku. Obyek formal sosiologi adalah hubungan antarmanusia dalam kelompok dan antarkelompok dalam masyarakat, sedangkan obyek formal pedagogi ialah kegiatan manusia untuk menuntun perkembangan manusia.
Obyek material ilmu dakwah adalah proses penyampaian ajaran kepada umat manusia atau bentuk penyampaian suatu message yang berupa ide, ideologi, ajaran agama dan sebagainya dari seseorang kepada seseorang dari satu kelompok kepada kelompok lainnya. Sedangkan obyek formalnya adalah proses penyampaian ajaran kepada umat manusia. Apabila rumusan ini dijabarkan lagi maka obyek formal dakwah dapat dirinci berikut ini:
  1. Proses penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia
  2. Hubungan antara unsur-unsur dakwah
  3. Proses keagamaan pada diri manusia
Dari penyebutan di atas dapat diketahui bahwa secara struktural ilmu dakwah merupakan bagian dari ilmu publisistik. Meski demikian kekhususan ilmu dakwah dibanding dengan publisistik terletak pada bahan message yang berupa ajaran Islam. Di samping itu di dalam ilmu dakwah terdapat proses komunikasi antara manusia dengan Tuhan, yang mana hal ini tidak terdapat di dalam publisistik
Metode Ilmu Dakwah
Yang dimaksud metode ilmu dakwah adalah cara kerja untuk dapat memahami obyek studi ilmu dakwah.
Metode ilmu dakwah meliputi metode historis, deskriptif, korelasional, ekperimental, kuasi eksperimental, dan metode aksi.
Metode historis yaitu penyelidikan yang mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis suatu masalah. Dalam penyelidikan historis dilakukan analisis terhadap sebab-sebab suatu hal seperti peristiwa-peristiwa tertentu, proses-proses dan lembaga-lembaga peradaban manusia masa silam. Tujuannya adalah merekonstruksi masa lalu secara obyektif dan sistematis dengan mengumpulkan bahan, menilai, melakukan verifikasi dan mensintesiskan bukti untuk menetapkan fakta-fakta atau data-data dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Bentuk-bentuk sosial sekarang, kebiasaan-kebiasaan atau cara hidup kita mempunyai akar-akarnya di masa lalu. Karena itu sangatlah baik kalau dilakukan pelacakan melalui studi historis.
Dalam konteks ilmu dakwah, metode historis dapat digunakan untuk meneliti bentuk-bentuk dakwah pada zaman lampau misalnya pada zaman Nabi, khulafa' al-rashidin dsb; meneliti subyek dakwah, terbentuknya lembaga-lembaga keagamaan, melembaganya nilai-nilai atau norma-norma masyarakat dan lain-lain. Penggunaan metode ini juga sangat bermanfaat untuk mengkaji bagaimana kontinuitas dakwah dari masa ke masa beserta dinamika yang terjadi di dalamnya.
Metode deskriptif yaitu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Dalam konteks ilmu dakwah, metode ini berguna untuk menuturkan, menganalisis dan mengklasifikasi obyek dakwah beserta lembaga-lembaganya, keadaan norma-normanya, kepercayaannya dan sebagainya.
Metode korelasional adalah kelanjutan metode deskriptif. Metode ini bertujuan mencari hubungan/korelasi antara variabel satu dengan yang lain. Dalam konteks ilmu dakwah metode ini dapat digunakan –misalnya- menyelidiki taraf pengamalan beragama masyarakat, kemudian menghubungkan apakah ada korelasi antara usia, tingkat ekonomi dan sebagainya dengan tingkat pengamalan beragama tersebut.
Metode eksperimental bertujuan untuk memperoleh data yang kongkrit tentang pengaruh suatu keadaan terhadap keadaan yang lain. Metode penelitian ini memungkinkan peneliti dapat memanipulasi variabel dan meneliti akibat-akibatnya. Metode ini dapat digunakan untuk meneliti efektifitas metode dan media dakwah.
Metode penelitian aksi bertujuan mengembangkan ketrampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahka masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain.
Tujuan dakwah adalah menjadikan manusia muslim mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan menyebarluaskan kepada masyarakat yang mula-mula apatis terhadap Islam menjadi orang yang suka rela menerimanya sebagai petunjuk aktivitas duniawi dan ukhrawi.
Kebahagiaan ukhrawi merupakan tujuan final setiap muslim. Untuk mencapai maksud tersebut diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan penuh optimis melaksanakan dakwah.
Oleh karena itu seorang da`i harus memahami tujuan dakwah, sehingga segala kegiatannya benar-benar mengarah kepada tujuan seperti dikemukakan di atas. Seorang da`i harus yakin akan keberhasilannya, jika ia tidak yakin dapat menyebabkan terjadinya penyelewengan-penyelewengan di bidang dakwah.
Sejarah perjuangan umat Islam dalam menegakkan panji-panji Islam pada dasarnya seluruh golongan dalam Islam sepakat memperjuangkan dan merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan umat manusia. tetapi kenyataan menunjukkan hal yang berlawanan. Berubah kepada pencapaian kekuasaan golongannya sendiri sehingga menimbulkan persaingan dan pertentangan di antara golongan itu sendiri. Dalam masalah bisnis terlihat adanya transaksi yang sering menguntungkan di satu pihak sementara pada pihak lain dirugikan. Inilah akibat yang ditimbulkan oleh orang yang tidak memahami hakikat perjuangan suci.
Disinilah letaknya mengapa tujuan dakwah itu perlu diperjelas agar menjadi keyakinan yang kokoh untuk menghindari terjadinya salah arah. Tujuan dakwah hakikatnya sama dengan diutusnya nabi Muhammad saw. membawa ajaran Islam dengan tugas menyebarluaskan dinul haq itu kepada seluruh umat manusia sesuai dengan kehendak Allah swt.
Berikut akan diuraikan tentang tujuan dakwah :
  • Mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar agar dapat hidup sejahtera di dunia maupun di akhirat.
  • Mengajak umat Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah swt.
  • Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
  • Menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang gawat yang meminta segera penyelesaian dan pemecahan.
  • Menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi sewaktu-waktu dalam masyarakat.
Jadi inti dari tujuan yang ingin dicapai dalam proses pelaksanaan dakwah adalah keridhaan Allah swt. dimana obyek dakwah tidak hanya terbatas kepada umat Islam saja, tetapi semua manusia bahkan untuk semua alam. Dari sudut manapun dakwah itu diarahkan, maka intinya adalah amar ma`ruf nahyi munkar yang bertujuan untuk merubah dari sesuatu yang negatif kepada yang positif, dari yang statis kepada kedinamisan sebagai upaya merealisasikan kebahagiaan dunia dan akhirat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar